Minggu, 08 Februari 2009

NGALEMPENGKEUN PAKU


Saya pikir hanya joke saja, ternyata tidak! Karena ini memang benar-benar terjadi. Bisa anda bayangkan kalo mata pencahariannya adalah ngalempengkeun paku nu barengkok (meluruskan paku yang bengkok).
Saya bener-bener gak percaya sampai temen saya ngajakin ke lokasi usaha meluruskan paku bekas. Keesokan harinya malah saya yang buru-buru ngajakin temen saya ke lokasi. Bener-bener penasaran. Begitu sampai di lokasi, terlihat sejumlah ibu-ibu sedang duduk di atas jojodog (semacam tempat duduk kecil yang biasanya terbuat dari potongan - potongan kayu bekas), tangan kanannya memegang palu sementara tangan kirinya memegangi paku yang bengkok. Beberapa kali palu menghantam paku, sudah terlihat lurus tangan kirinya sibuk kembali mencari paku yang bengkok. Begitu seterusnya.
Berapa bayaran yang mereka terima atas pekerjaan ini. Lima puluh rupiah sekilo. Anda bisa bayangkan, ini sebanding dengan referral ngeklik satu iklan di PTC. Tapi inilah hidup. Dimana di akhir pekerjaan dapat dipastikan tangan ibu2 tersebur pasti kesemutan, tetapi kata mereka lama kelamaan jadi kebal juga karena sudah terbiasa.
Makanya saya suka heran kalo ada yang bilang bahwa orang indonesia itu rata rata pemalas tetapi survei saya membuktikan bahwa itu tidak benar sama sekali , coba anda simak demi mendapatkan penghasilan yang tak seberapa menurut kita tetapi mereka mau bekerja sambil duduk di sebuah bangku kecil dengan kaki terlipat dan tangan yang bergetar getar karena menahan paku dan menganyunkan palu. Sungguh luar biasa perjuangan manusia Indonesia saya takjub melihatnya suer !!!!!!!!!!

Rabu, 28 Januari 2009

Banjir Cileuncang di Antapani

Kompleks Antapani kalo musim penghujan sering kebanjiran. Orang menyebutnya dengan banjir Cileuncang. Kalo udah gitu Biasanya RW ama RT mulai sibuk ‘ngojok-ngojok’ warganya buat sama-sama sibuk kerja bakti bersihin got.
Yang kudu diperbaiki adalah sistem drainage. Seharusnya sistem pembuangan air dari rumah tangga yang disalurkan melalui got masuk ke saluran pembuangan utama yang menyalurkan air dari rumah-rumah menuju ke sungai.
Sekarang di antapani mulai dibangun lagi cluster-cluster oleh pengembang meski jumlah rumahnya gak begitu banyak. Paling sedikit ada yang berjumlah 20 rumah. Bentuknya kuldesak, dengan satu pintu masuk. Katanya biar satpam bisa mantau tamu yang keluar masuk.
Pemberian izin pembangunan komplek dari tetangga terdekat (masyarakat sekitar cluster) biasanya diwakili oleh RW atau RT selain aparat berwenang yang seharusnya mengetahui bagaimana sistem drainage yang akan dibuat di dalam kompleks tersebut. Jangan sampai drainage yang bakal dibuat, gak jelas. Pengembang hanya membuat saluran air dari dalam kompleks ke got terdekat yang ada di luar kompleks. Ini bakal menyebabkan semakin melimpahnya air pada saat hujan, sementara got gak bisa menampungnya. Pada akhirnya yang akan rugi adalah warga sekitar.
Ada baiknya jika antara pengembang yang satu dengan yang lainnya berkoordinasi untuk membuat saluran utama pembuangan air yang menghubungkan antara satu kompleks dengan kompleks lain untuk menyalurkan air limbah rumah tangga maupun air hujan dari kompleks menuju ke sungai. Pengembang tidak akan rugi karena menurut aturan 40% dari luas komplek merupakan fasilitas umum (fasum). Fasum ini bisa terdiri dari taman, jalan, selokan, balai pertemuan, dsb.
Dampak dari seringnya banjir di antapani adalah mudah rusaknya jalan. Kalo diamati akan lebih banyak perbaikan jalan yang harus diprogramkan tanpa meneliti awal muasal masalah kenapa jalan sering rusak tersebut muncul.

Kamis, 22 Januari 2009

Antapani Bukan Cicadas Lagi



Pada tanggal 14 April 2007, Kecamatan Antapani diresmikan oleh Dada Rosada, Walikota Bandung, sebagai kecamatan baru. Kecamatan Antapani di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Mandalajati, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Arcamanik, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Buahbatu dan disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kiaracondong.
Sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006, Kecamatan Antapani merupakan Kecamatan Cicadas yang memiliki lima kelurahan, yaitu Kelurahan Mandalajati, Karangpamulang Kelurahan Antapani, Kelurahan Antapani Tengah dan Antapani Kidul.
Setelah pemekaran wilayah, nomenklatur Kecamatan Cicadas berubah menjadi Kecamatan Antapani. Luas wilayah Kecamatan Cicadas terbagi menjadi ke dalam dua kecamatan baru, yaitu Kecamatan Antapani dan Kecamatan Mandalajati yang dibatasi oleh Jalan AH Nasution, yang secara otomatis membagi jumlah penduduk Kecamatan Cicadas berdasarkan wilayah baru. Kecamatan Antapani memiliki luas wilayah 400, 543 ha yang sebagian besar wilayahnya adalah kawasan perumahan dengan latar belakang penduduk yang beraneka ragam. Kecamatan Antapani sekarang hanya memiliki empat kelurahan, yaitu Kelurahan Antapani Wetan, Antapani Kulon, Antapani Tengah dan Antapani Kidul.